Senin, 30 Agustus 2010

SEGITIGA EMAS

Seorang saudara, sahabat, juga guru yang menyayangiku #semoga Allah merahmatinya selalu#  membagi rahasia hidupnya selama ini. Menurutnya hidup ini akan tentram jika kita berinteraksi secara konsisten di tiga sudut segitiga emas kehidupan. Hal ini akan mendukung kesuksesan hidup kita. Baik hidup di dunia maupun di akhirat.

Sudut yang pertama yaitu Masjid. 
Adapun menurut istilah yang dimaksud masjid adalah suatu bangunan yang memiliki batas-batas tertentu yang didirikan untuk tujuan beribadah kepada Allah seperti shalat, dzikir, membaca al-Qur’an dan ibadah lainnya. Dan lebih spesifik lagi yang dimaksud masjid di sini adalah tempat didirikannya shalat berjama’ah, baik ditegakkan di dalamnya shalat jum’at maupun tidak. Allah berfirman :

“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menuaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. at-Taubah:18)

Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa yang rajin mendatangi masjid, maka persaksikanlah ia sebagai orang yang beriman." (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan beliau menghasankannya serta yang lainnya. Didhaifkan oleh Syaikh al-Albani dalam Dha’if al-Jami’ no. 509). Hadits ini dha’if, tetapi maknanya benar sesuai ayat di atas.

Shalat fardhu berjama’ah, di dalam masjid memiliki keutamaan yang besar, diantaranya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa berwudhu untuk shalat, lalu dia menyempurnakan wudhunya, kemudian berjalan menuju shalat fardhu, lalu dia shalat bersama manusia –yakni bersama jama’ah di masjid-, niscaya Allah ampuni dosa-dosanya.” (HR. Muslim)

Dengan memakmurkan masjid, kita akan belajar menjadi orang yang beriman dan pada akhirnya akan menjadi orang beriman yang sesungguhnya, Aamiiin...... Yang di maksud dengan memakmurkan masjid adalah membangun dan mendirikannya, mengisi dan menghidupkannya dengan berbagai ibadah dan ketaatan kepada Allah, menghormati dan memeliharanya dengan cara membersihkannya dari kotoran serta memberinya wewangian.

Sudut yang kedua yaitu Nafkah
Islam mengajarkan umatnya bekerja keras untuk mencari nafkah, baik guna mencukupi kebutuhan sendiri maupun keluarga. Mencari kayu bakar di hutan lalu menjualnya--dan pekerjaan 'sepele' lainnya--merupakan pekerjaan mulia di mata Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena itulah Islam memberi penghargaan kepada mereka yang bekerja keras mencari nafkah. Mencari nafkah adalah suatu kebanggaan, harga diri, juga suatu kehormatan bagi seorang muslim. Giat dalam bekerja harus terpatri dalam hati setiap hari. Sebaliknya, Islam mencela umat yang malas, yang hanya menggantungkan hidupnya pada belas kasihan orang lain.

"'Jika selesai mengerjakan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia-Nya, dan perbanyaklah mengingat Allah agar engkau beruntung.'' (QS Al-Jumuah [62]: 10).

''Sungguh pagi-pagi seorang berangkat, lalu membawa kayu bakar di atas punggungnya, ia bersedekah dengannya dan mendapatkan kecukupan dengannya, sehingga tidak minta-minta kepada orang lain, jauh lebih baik baginya daripada meminta ke orang lain, mereka memberinya atau menolaknya. Ini karena tangan yang di atas jauh lebih baik daripada tangan di bawah, dan mulailah dari orang yang menjadi tanggungan Anda.'' (HR Muslim dan Turmudzi).

''Orang yang berusaha keras mengejar kesejahteraan dunia dengan cara-cara yang benar, dengan menjauhkan diri dari meminta-minta kepada orang lain untuk membiayai keluarganya, dan bersikap baik kepada tetangga, maka pada hari kiamat dia akan dibangkitkan Allah dengan wajah cemerlang seperti bulan purnama.'' (HR Abu Naim).

Dan telah bersabda Nabi Saw.,"Barang siapa mencari dunia secara halal, demi menghindarkan diri dari perbuatan meminta-minta, dan berupaya mencukupi kebutuhan keluarganya tanpa memberati masyarakat sekitarnya, maka kelak akan menjumpai Allah Swt. Dengan wajah bersinar laksana bulan di malam purnama raya." (Al-Hadis).

Demikian itu beberapa dalil Al-Quran dan sunnah Nabi Saw. Tentang keutamaan mencari nafkah. Namun hendaknya setiap upaya seperti itu senantiasa mencakup pula empat faktor utama yang berkaitan dengan:
(1) Keabsahannya (menurut ketentuan agama),
(2) Keadilannya (yakni tidak di sertai dengan kezaliman),
(3) Ihsan (kebajikan perilaku), dan
(4) Kehati-hatian agar tidak melanggar aturan agama.


Hadits di atas juga mengajarkan kita untuk mencari nafkah dengan cara halal. Seorang pedagang, misalnya, tidak menipu pembeli atau curang dalam menakar. Karyawan dan direksi sebuah perusahaan tidak korupsi atau melakukan mark-up. Hakim dan jaksa tidak 'menjual' perkara.
Begitupun dengan para pejabat, dari tingkat desa sampai presiden, tidak korupsi atau menyalahgunakan wewenang dan kekuasaannya untuk kepentingan diri dan golongannya. Betapa banyak mereka yang tergelincir karena curang dalam mencari nafkah. Banyak mantan pejabat masuk bui karena terbukti korupsi. Atau pedagang yang kehilangan pelanggan karena curang dalam menakar. Karena itulah kita harus banyak mengingat Allah SWT saat bekerja. Jangan melanggar larangan Allah SWT dalam berbisnis. Percayalah bahwa Allah Maha Mengetahui. Dia melihat apa yang kita kerjakan. Jadi tak ada gunanya curang. Sebab perbuatan itu nanti akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

''Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan kaki mereka memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.'' (QS Yasin [36]: 65).

Sudut yang ketiga adalah rumah
Peradaban manusia, berlaku sejak manusia menempati sebuah rumah. Tempat manusia menjalani dimensi kemanusiaannya, melatih diri berorganisasi di tengah keseluruhan konstruksi sosial masyarakatnya. Karenanya, rumah menjadi semacam tempat bermula dan berakhir manusia. Sebagaimana halnya burung secara naluriah membangun sarang bagi kehidupannya, manusia dengan kebudayaannya (dalam makna yang luas), membangun rumah sebagai tempat paling karib bagi kehidupannya.

Inspirasi tentang hidup dan kehidupan, yang bergerak bersamaan dengan perkembangan kreativitas manusia, banyak berlangsung di dalam rumah. Meskipun dalam banyak hal, rumah yang pada mulanya sebagai tempat manusia melatih diri menjalani proses pelatihan kepemimpinan diri, bergerak fungsi nilainya. Bahkan, tak jarang rumah menjadi simbol status sosial.  Tapi hasrat paling puncak manusia adalah menjadikan rumah sebagai surga kehidupannya: baiti jannati. Dan agama mengajarkan manusia, menjadikan rumah sebagai surga.

Seharusnya rumah itu dapat menjadi pangkalan ketentraman batin dan pangkalan ketenangan jiwa.Sehingga ketika suami sudah berlumur keringat,bersimbuh peluh,bekerja dengan keras ,ia akan selalu merindukan untuk pulang kerumah. Karena rumah tangga adalah sumber ketenangan dan ketentraman yang tidak akan diperoleh dalam hiruk pikuknya kehidupan sehari hari .Demikian pula sepatutnya seorang anak begitu merindu untuk pulang kerumah karena disana akan ia dapati ibu dan ayah yang bagaikan air pelepas haus dikala dahaga. Sepatutnya pula seorang istri selalu merasa aman ,nyaman dan tentram berada untuk menikmati perjumpaan dengan suami serta anak-anaknya, sehingga semua anggota keluarga sepakat menjadikan rumah sebagai pusat ketentraman batin dan ketenangan jiwa.

Kamis, 19 Agustus 2010

Jari - jari tanganku... i love you :)

Pagi ini bangun tidur aku menggosok - gosok mataku dengan jari - jari tanganku. Kemudian aku memanjatkan doa dengan menengadahkan tanganku dan mengusapkannya ke wajahku. jari - jari tanganku begitu lembut terasa. Aktivitasku selanjutnya yang terus menerus juga tidak lepas dari bantuan jari - jari tanganku. Begitu sibuknya ia. Jari - jari tanganku... terimakasih... Temani aku beraktivitas hari ini dan seterusnya ya.......

Saat berdoa dengan tangan menengadah aku tertunduk dan memandangi jari - jari tanganku. Saat kulihat telapak tanganku ini aku tahu bahwa aku punya banyak kesempatan untuk meminta apapun yang aku mau dari Tuhanku. Aku jadi ingat orang - orang tersayangku saat memandang jari jempol, Aku ingat para guru yang pernah mengajarku saat kulihat jari telunjukku. Aku ingat orang - orang yang telah memimpin dan membimbingku saat kulihat jari tengahku. Aku ingat orang - orang yang sedang tertimpa musibah dan dalam kondisi tak berdaya saat melihat jari manisku. Dan saat melihat jari kelingkingku aku jadi ingat diriku, astaghfirullooh..... aku begitu kecil di hadapan Allah, mengapa seringkali aku lupa diri. Aku segera berdoa untuk diriku sendiri.  Sungguh indah dan khusyuk doa yang kupanjatkan dgn bantuan jari - jari tanganku. Semoga Allah mengabulkan apa yang ku pinta. You are so sweet my fingers.....

Pada waktu menikmati hidangan yang lezat setiap harinya aku juga menggunakan jari - jari tanganku. Kalau mencontoh nabi Muhammad saw makan cukup dengan tiga jari. Mungkin yang di makan kurma atau roti ya.... Karna kalau makan nasi pake sayur asam dan ikan goreng, wah...... sulit banget pake tiga jari. Biasanya kelima jari tangan kananku ikut membantu menikmati hidangan itu. 

Ternyata makan dengan cara ini ada hikmahnya. Menurut mam Al-Ghazali, dalam kitab Ihya’ Ulumiddinnya, menjelaskan, “Aktifitas makan itu dapat dilihat dari 4 sisi, yaitu makan dengan menggunakan satu jari dapat menghindarkan seseorang dari sifat marah, dengan dua jari akan menghindarkan dari sifat sombong, makan dengan tiga jari akan menghindarkan dari sifat lupa dan makan dengan menggunakan empat atau lima jari dapat menghindarkan dari sifat rakus.Kemudian mengapa Rasulullah menggunakan tiga jari? sesungguhnya makan menggunakan tiga jari akan membuat setiap orang dapat mengukur porsi makanan yang cocok bagi dirinya.Ia juga dapat menjadikan setiap suap yang masuk ke dalam mulut dapat dikunyah dan bercampur dengan air liur dengan baik sehingga kita tidak akan mengalami gangguan pencernaan. 

Ternyata di tangan ini mengandung bakteri yang jika kita makan akan ikut bersama makanan diolah dilambung. Bakteri ini akan bersinergi dengan enzim lambung sehingga akan membantu proses pencernaan maka akan menyehatkan pencernaan kita.

Nah, setelah makan, jari - jariku yang imut ini biasa aku jilati. Yeakssssss... menjijikkan menurut suamiku waktu pertama kali melihat cara makanku. Teman satu kamarku dulu setiap kali habis makan dia menjilat jari tengahnya dan mengucapkan "Baldastum", kemudian ia menjilat lagi jari telunjuknya dan mengucapkan "baldastum" pula. kemudian ia menjilat jari jempolnya dan mengucap "baldastuma". Waktu aku tanya kenapa ia melakukannya ia menjawab hal itu adalah contoh dari gurunya di salah satu pesantren salaf. 
Kenapa mesti jijik sih....? Padahal rasulullah saw bersabda :

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمُ الطَّعَامَ فَلاَ يَمْسَحْ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَا أَوْ يُلْعِقَهَا وَ لَا يَرْفَعَ صَحْفَةً حَتَّى يَلْعَقَهَا أَوْ يُلْعِقَهَا، فَإِنَّ آخِرَ الطَّعَامِ فِيْهِ بَرَكَةٌ

 "Apabila salah seorang kamu makan makanan, janganlah dia mengelap tangannya hingga menjilatinya atau meminta orang menjilatinya. Dan jangan ia mengangkat piringnya hingga menjilatinya atau meminta orang menjilatinya, karena pada makanan terakhir terdapat barokah." (HR. Bukhari no. 5465; Muslim no. 2031, Abu Dawud, Nasai, Ahmad dan lainnya. Dishahihkan oleh al Albani dalam al Silsilah al Shahihah: 1/675).

Nah looo...... kok jijik sih mengikuti sunnah nabi. Aneeeeh........ Tapi Alhamdulillah sekarang aku sekeluarga mengamalkan hal ini. Hm..... yummy...... hidangan yang lezat jadi bertambah nikmat, Heheee... 

Menurut sebuah hadist, menjilat jari tangan setelah makan itu ada tata caranya. Diriwayat al Thabrani dalam al Ausath, dari hadits Ka'b bin 'Ujrah, "aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam makan dengan tiga jari; yaitu ibu jari, telunjuk, dan jari tengah. Kemudian aku melihat beliau menjilati ketiga jarinya tersebut sebelum mengusapnya. Jari tengah dulu, lalu jari telunjuk, kemudian ibu jari. Hikmahnya, karena jari tengah lebih kotor karena lebih panjang sehingga sisa makanan yang menempel lebih banyak dibandingkan jari yang lain. Karena panjang, sehingga lebih dulu jatuh ke makanan. Boleh jadi, yang dijilat dulu adalah bagian dalam telapak lalu ke bagian luarnya. Dimulai dari jari tengah, lalu berpindah ke jari telunjuk dan berakhir ke ibu jari. 

Menjilati jari-jari bisa dilakukan sendiri atau meminta orang dekatnya, seperti istri, anak, atau orang tua untuk menjilatinya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadits di atas, " Dan janganlah dia mengangkat piringnya hingga menjilatinya atau meminta orang untuk menjilatinya., karena pada makanan terakhir terdapat barakah."

Syaikh Ibnul Utsaimin rahimahullah berkata tentang hal ini, " mengenai menjilati jari sendiri maka ini adalah satu perkara yang jelas. Sedangkan meminta orang lain untuk menjilati jari kita adalah sesuatu hal yang mungkin terjadi. Jika rasa cinta suami istri, orang tua terhadap anak dan sebaliknya sangatlah kuat, maka sangatlah mungkin seorang istri menjilati tangan suaminya, atau seorang suami menjilati tangan istrinya. Jadi hal ini adalah suatu hal yang mungkin terjadi. Hm.... jadi tambah dekat aku dengan anakku. Juga jadi tambah romantis deh with my hubby.


Perintah untuk menjilati sisa makanan yang menempel pada tangan dan piring sebelum dibersihkan, baik dengan dilap atau dicuci, memiliki beberapa alasan. Dalam beberapa hadits disebutkan dengan jelas, yaitu untuk meraih berkah makanan.  Namun bukan berarti hadits-hadits itu membatasi hikmah lainnya.
Sesungguhnya makanan yang kita santap mengandung barakah. Namun kita tidak mengetahui letak keberkahan tersebut. Apakah dalam makanan yang sudah kita santap, ataukah yang tersisa dan melekat di jari, ataukah yang tersisa di piring, ataukah berada dalam suapan yang jatuh ke lantai. Karenanya kita harus menjaga hal ini agar mendapat barakah.

Ibnu Daqiq al-'Ied rahimahullah, berkata, "alasan tentang hal ini sangat jelas dalam beberapa riwayat. Yaitu, "karena dia tidak tahu pada makanan mana terdapat barakah."

Dalam riwayat Muslim, di ujung hadits Jabir diterangkan:

إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَة أَحَدكُمْ فَلْيُمِطْ مَا أَصَابَهَا مِنْ أَذًى وَلْيَأْكُلْهَا ، وَلَا يَمْسَح يَده حَتَّى يَلْعَقهَا أَوْ يُلْعِقهَا ، فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي فِي أَيّ طَعَامه الْبَرَكَة

"Jika makanan salah seorang kalian jatuh, hendaklah diambil dan disingkirkan kotoran yang melekat padanya, lalu memakannya. Dan janganlah dia mengusap tangannya (membersihkannya) sehingga menjilatinya atau."

Dalam riwayat al Thabrani dari hadits Abu Sa'id disebutkan, "karena dia tidak tahu pada makanannya yang mana dia diberkahi." (Musli  juga meriwayatkan yang serupa dari Anas dan Abu Hurairah).
Syaik Ibnu Utsaimin mengatakan, “selayaknya piring atau wadah yang dipakai untuk meletakkan makanan dijilati. Artinya jika kita sudah selesai makan, maka hendaknya kita jilati bagian pinggir dari piring tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena kita tidak mengetahui letak keberkahan makanan." (Syarah Riyadhus Shalihin Juz VII hal 245)
Hikmah lainnya, agar tidak tumbuh sifat sombong dalam diri dengan meremehkan makanan yang sedikit dan menurut kebiasaan dianggap sesuatu yang remeh. Al Qadli 'Iyadh berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan hal itu agar tidak meremehkan makanan yang sedikit." (Dalam al Fath)

Syaikh Ibnul Utsaimin dalam Syarh Riyadhus Shalihin mengungkapkan hikmah lainnya dari sisi medis, "Ada orang yang menyampaikan informasi kepadaku yang bersumberkan dari keterangan salah seorang dokter, bahwa ruas-ruas jari tangan ketika digunakan untuk makan itu mengeluarkan sejenis cairan yang membantu proses pencernaan makan dalam lambung. Seandainya informasi ini benar maka ini adalah di antara manfaat mengamalkan sunnah di atas. Jika manfaat secara medis tersebut memang ada, maka patut disyukuri. Akan tetapi jika tidak terjadi, maka hal tersebut tidaklah menyusahkan kita karena yang penting bagi kita adalah melaksanakan perintah Nabi.” (Syarah Riyadhus Shalihin Juz VII hal 243-245)

Adanya barakah menjadi alasan yang disebutkan dalam perintah menjilati tangan dan piring seusai makan. Lalu apa makna barakah? 

Pada dasarnya barakah bermakna kebaikan yang melimpah, berkembang, dan bertambah serta lestari kebaikan tersebut. Sedangkan maksud makanan yang berbarakah adalah makanan yang bisa mengenyangkan, tidak menimbulkan gangguan pada tubuh, dan menjadi sumber energi untuk berbuat ketaatan, (sebagaimana yang disebutkan oleh Imam al Nawawi).

Subhanalloh...... jari - jari tanganku, kalian hebat banget ya.... Aku bangga banget punya jari yang selalu siap membantu kapanpun aku mau. Hm... my sweety fingers :)

Nah kehebatan lain dari jari tanganku adalah ia bisa memberiku sensasi rileks dan menenangkan saat stress. Caranya yaitu dengan aku sentuhkan pada sahabatku atau seseorang yang aku sayang, anak, suami, ibu, adik, dan sebagainya. Saat berbicara sambil berpegangan tangan, mengaitkan jari-jemari, menangkupkan telapak tangan, atau saling menggosok dengan ibu jari. Atau berpegangan tangan sambil di ayun - ayunkan. Yah..... pokoknya sesuai momentum dan keinginan hati. Tidak masalah bagaimana gaya pegangan tangan itu, yang jelas pasti akan muncul perasaan baik saat menggenggam tangan sahabat atau orang yang kita cintai. Itulah mengapa kita selalu meraih tangan sahabat atau pasangan untuk menghibur mereka ketika sedih atau marah.

Hehee pinter banget ya jari - jari tanganku. Padahal rahasianya tidak terletak di antara jari-jari, tapi dalam otak kita. saat jari- jari saling bersentuhan aktivitas di bagian respons stres otak berkurang. Dan akan jauh lebih berkurang lagi jika bersentuhan dengan orang yang sangat di cintai. Jadi, menggengam tangan mampu mengurangi stres.

Makanya aku suka menyentuh atau di sentuh. Hehehee.... jangan mikir yang aneh - aneh ya... Semua penjelasan tersebut dalam artian yang positif. Dengan melakukan aktivitas ini mengurangi stres, dan hilangnya stres lebih sedikit mengarah pada kesehatan yang lebih baik, maka dapat diasumsikan bahwa saling bersentuhan dapat mengarah pada kesehatan yang lebih baik. Nah, jika suami atau anak atau siapapun yang kita sayangi sedih atau marah dengan alasan apapun, cukup memegang tangannya dengan penuh cinta, semua akan segera baik kembali dan jadikanlah ini rutinitas untuk menyehatkan jiwa dan raga.Asyik kok.... beneran......... :) 

Pernah aku punya sahabat baik yang saat ini sudah aku anggap seperti saudara, teman sebangku di SMU dulu. Dia punya aktivitas yang unik. Dia sangat gemas melihat jari - jariku. Saat aku lengah ia akan segera menarik tanganku dan menggigit jari - jariku. Whoaaaaaaaaaaaaaa asli aku sering kaget dan ketakutan di buatnya. Heheheee....... aneh banget kan? katanya dia ga tahan melihat jari - jariku yang menggemaskan. Bisaaaaa aja....

Saat mengikuti beberapa pelatihan aku juga pernah di ajarkan senam otak dengan bantuan jari - jari tangan. Kesehatan otakku jadi lebih terjaga dengan rutin melakukan senam otak tersebut. Dan rasa bahagia juga lucu sering tercipta saat jari - jari tanganku bergerak mengikuti irama musik, heheheee seruuuuuuu.....

Banyak lagi deh  hal - hal indah yang aku lakukan bersama jari - jari tanganku. Peristiwa yang seru, menegangkan, penuh kelembutan, dan sebagainya. Dari hal yang pribadi dan bersifat sangat rahasia sampai hal - hal yang umum. Termasuk yang bernuansa romantis, Hm........indahnya.

Karnanya aku suka mencuci tanganku dengan membasuhnya hingga ke sela - sela jari sesering mungkin. Memotong kuku secara berkala, juga menghias jari - jariku dengan henna di saat senggangku. Semua itu aku lakukan untuk menghargai ciptaanNya yang hebat dan menggemaskan ini. Juga untuk memelihara jari - jariku agar tetap sehat. 

Jari - jari tanganku.... i love you so much....... bagaimana denganmu kawan???



Surat seorang ibu untuk anaknya yang telah dewasa

Bismillaahirrohmaanirrohiiim....

Wahai Anakku!
Inilah surat dari ibumu yang lemah, yang ditulis dengan penuh rasa malu setelah lama mengalami keraguan dan kebimbangan. Ibu pegang penanya berkali-kali lantas terhenti, dan ibu letakkan lagi pena itu karena air mata berlinang berkali-kali yang disusul dengan rintihan hati.

Wahai Anakku!
Sesudah perjalanan waktu yang panjang, ibu rasa engkau sudah dewasa dan memiliki akal sempurna maupun jiwa yang matang. Sedangkan ibu punya hak atas dirimu, maka bacalah sepucuk surat ini; dan jika tidak berkenan robek-robeklah sebagaimana engkau telah merobek-robek hati ibu.

Wahai Anakku!
Dua puluh lima tahun yang lalu adalah hari yang begitu membahagiakan hidup ibu. Ketika dokter memberitahu ibu, ibu sedang mengandung. Semua ibu tentu mengetahui makna ungkapan itu, yakni terhimpunnya kebahagiaan dan kegembiraan, serta awal perjuangan seiring dengan adanya berbagai perubahan fisik maupun psikis. Sesudah berita gembira itu ibu peroleh, dengan senang hati, ibu mengandungmu selama sembilan bulan.
Ibu berdiri, tidur, makan dan bernafas dengan susah payah. Namun itu semua tidak menyebabkan surutnya cinta ibu padamu dan kebahagiaan ibu menyambut kehadiranmu. Bahkan rasa cinta dan kerinduan ibu padamu tumbuh subur dan berkembang hari demi hari. Ibu mengandungmu dalam kondisi yang lemah dan bertambah lemah, payah dan bertambah payah. Ibu sangat bahagia meski bobotmu semakin berat, padahal kehamilan itu sangat berat bagi ibu.
Itulah perjuangan yang akan disusul dengan cahaya fajar kebahagiaan setelah berlalunya malam panjang, yang membuat ibu tidak bisa tidur dan kelopak mata ibu tak bisa terpejam. Ibu merasakan derita yang sangat, rasa takut dan cemas yang tak bisa dilukiskan dengan pena dan tak sanggup diungkapkan dengan retorika lisan. Ibu telah berkali-kali melihat kematian dengan mata kepala ibu sendiri, sehingga akhirnya engkau lahir ke dunia ini. Air mata tangismu yang bercampur dengan air mata kegembiraan ibu telah menghapus seluruh derita dan luka yang ibu rasakan.

Wahai Anakku!
Telah berlalu tahun demi tahun dari usiamu, dan dirimu selalu ibu bawa dalam hati ibu. Ibu memandikanmu dengan kedua tangan ibu. Pangkuan ibu sebagai bantalmu. Dada ibu sebagai makananmu. Ibu berjaga semalaman agar engkau bisa tidur. Ibu susuri siang hari dengan keletihan demi kebahagiaanmu. Dambaan ibu tiap hari adalah melihatmu tersenyum. Dan idaman ibu setiap saat adalah engkau meminta sesuatu yang ibu sanggup lakukan untukmu. Itulah puncak kebahagiaan ibu.
Itulah hari-hari dan malam yang ibu lalui sebagai pelayan yang tak pernah menyia-nyiakanmu sedikit pun. Sebagai wanita yang menyusuimu tiada henti, dan sebagai pekerja yang tak pernah putus hingga engkau tumbuh dan menjadi seorang remaja. Dan mulailah nampak tanda-tanda kedewasaanmu. Ketika itu pula, ibu kesana kemari mencarikan calon istri yang kau inginkan. Lalu tibalah saat pernikahanmu. Denyut jantung ibu terasa berhenti dan air mata ibu deras bercucuran karena gembira melihat hidup barumu dan karena sedih berpisah denganmu.
Saat-saat yang begitu berat telah lewat. Namun engkau seolah bukan lagi anak ibu, seperti yang ibu kenal selama ini. Sungguh engkau telah mengabaikan diri ibu dan tidak mempedulikan hak-hak ibu. Hari-hari berlalu dan ibu tidak lagi melihatmu dan tidak pula mendengar suaramu. Engkau masa bodoh kepada ibu yang selama ini menjadi pelayan yang mengurusimu.

Wahai Anakku!
 Ibu tidak meminta apa pun selain posisikanlah diri ibu ini seperti kawan-kawanmu yang terdekat denganmu. Jadikanlah ibu sebagai salah satu terminal hidupmu sehari-hari, sehingga ibu dapat melihatmu meskipun sekejap.

Wahai Anakku!
 Punggung ibu telah bongkok. Anggota tubuh ibu telah gemetaran. Beragam penyakit telah membuat ibu semakin ringkih. Rasa sakit senantiasa mendera ibu. Ibu sudah susah untuk berdiri maupun duduk, namun hati ibu masih sayang padamu.
Andaikan ada seseorang yang memuliakanmu sehari, tentu engkau akan memuji kebaikannya dan keelokan budinya. Padahal, ibumu ini telah benar-benar berbuat baik kepadamu, namun engkau tak melihatnya dan tak mau membalas kebaikannya. Ibumu telah menjadi pelayanmu dan telah mengurusmu bertahun-tahun. Lantas manakah balas budi dan hak ibu yang harus engkau tunaikan? Sekeras itukah hatimu? Apakah hari-hari sibukmu telah menyita seluruh waktumu?

Wahai Anakku!
 Ibu merasakan kebahagiaan dan kegembiraan bertambah saat melihatmu hidup bahagia, karena engkau adalah buah hati ibu. Apa salah ibu sehingga engkau memusuhi ibu, tak suka melihat ibu, dan engkau merasa berat untuk mengunjungi ibu? Apakah ibu pernah berbuat salah padamu atau pelayanan ibu kurang memuaskanmu?
Jadikanlah ibu seperti pelayan-pelayanmu yang engkau beri upah. Curahkanlah setitik kasih sayangmu. Renungkanlah jasa ibu dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah amat menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Wahai Anakku!
Ibu sangat berharap bisa bersua denganmu. Ibu tak ingin apapun selain itu. Biarkanlah ibu melihat muramnya wajahmu dan episode-episode kemarahanmu.

Wahai Anakku!
Sisakan peluang di hatimu untuk berlembut-lembut dengan seorang wanita renta, yang diliputi kerinduan dan dirundung kesedihan ini. Yang menjadikan kedukaan sebagai makanannya dan kesedihan sebagai selimutnya. Engkau cucurkan air matanya. Engkau membuat sedih hatinya dan engkau memutuskan hubungan dengannya.
Ibu tidak mengeluhkan kepedihan dan kesedihan ibu kehadirat-Nya, karena jika ibu adukan perkara ini ke atas awan dan ke pintu gerbang langit sana, ibu khawatir hukuman akan menimpamu, dan musibah akan terjadi dalam rumah tanggamu, lantaran kedurhakaanmu. Karena ibu teringat peringatan junjungan kita Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
"Maukah kalian aku sampaikan tentang dosa yang terbesar?" Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengucapkannya tiga kali. Para sahabat menjawab, "Ya, wahai Rasulullah". Beliau bersabda, "Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua." (HR. Bukhari).

"Tidak masuk surga orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya." (HR. Ahmad).

"Tiga golongan orang yang tidak akan dilihat (dengan pandangan rahmat) oleh Allah pada hari kiamat; orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, orang yang suka minum minuman keras, orang yang suka mengungkit pemberiannya." (HR. Nasaai dan dinyatakan shahih oleh Albani).

"Terlaknat orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya." (HR. Hakim dan Thobrani serta dinyatakan shahih oleh Albani dalam Shahih at-Targhib wat-Tarhib, 2/334).

Tidak, ibu tidak menginginkan itu. Engkau tetap menjadi buah hati dan hiasan dunia ibu.


Camkanlah wahai Anakku!
Ketuaan mulai nampak dalam belahan rambutmu. Tahun demi tahun akan berlalu, dan engkau akan menjadi tua renta, sedangkan setiap perbuatan pasti akan dibalas setimpal. Engkau akan menulis surat kepada setiap anak-anakmu dengan cucuran air mata, sebagaimana yang ibu tulis untukmu. Dan di sisi Allah, akan bertemu orang-orang yang berselisih, hai Anakku. Maka bertakwalah engkau kepada Allah terhadap ibumu. Usaplah air matanya dan hiburlah agar kesedihannya sirna.
Robek-robeklah surat ini setelah engkau membacanya. Namun ketahuilah, siapa saja yang beramal shaleh, maka keshalehan itu buat dirinya sendiri, dan siapa yang berbuat jahat, maka balasan buruk bakal menimpanya.
"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa berbuat jahat, maka (dosanya) menjadi tanggungannya sendiri. Dan Rabbmu sekali-kali tidaklah menzalimi hamba-hamba-Nya." (QS. Fushshilat: 46).



Bahan rujukan: Qashash Mu'atstsirah fi Birr wa 'Uquqil Walidain (terjemahan) karya Fathurrahman Muhammad Jamil, dan lain-lain.


Ibu, aku rindu padamu........

Rabu, 18 Agustus 2010

Sahabat adalah satu jiwa dalam dua badan yang terpisah. Izinkan aku menjadi sahabat bagimu....

Hallo kawan, bersediakah kalian menjadi sahabatku...?

Alloohu waliyyulladziina aamanu.... Allah adalah sahabat bagi orang - orang yang beriman. ( Demikian kutipan dari salah satu ayat Al Qur'an )

Kawanku, hal ini sangat menarik bukan. Kenapa Allah ingin bersahabat ??  Karna 'sahabat' itu adalah hubungan yang sangat special. Dengan bersahabat kita bisa menembus batas yang ada. Tak perduli seseorang itu kaya atau miskin, tua atau muda, muslim atau bukan, dsb. Tak perduli siapa dia bagaimana dia asal dia sahabat kita maka kita akan tentram bersamanya.


Dalam kehidupan sehari - hari kita seringkali menemukan  anak yang lebih memilih sahabatnya daripada orangtua yg memeliharanya sejak kecil. Suami / istri yang lebih nyaman berdiskusi dengan temannya daripada dengan pasangannya sendiri, juga kehadiran Facebook yang begitu digemari dan mendamaikan hati karna bisa mempertemukan antara sahabat dengan sahabat.


Jadi jika ingin mendapatkan sebuah hubungan yang terjalin indah dan penuh berkah jalinlah hubungan persahabatan. Jika permusuhan terjadi, bukan karna kurangnya kasih sayang, tetapi tidak cukupnya persahabatan. Jadi sahabatkan-lah diri kita dengan orang - orang yang kita sayangi. Kita bisa mengusahakan dua orang yang berbeda, dirubah menjadi satu orang yang sama; yaitu 'sahabat'. Sahabat adalah satu jiwa dalam dua badan yang terpisah.Bagaimana caranya?

Ada yang bilang mengalahlah terhadap sahabat. Ya.... mulai dari sekarang mengalahlah. Mengalah itu mengijinkan orang menang; berarti pemenang yang sesungguhnya adalah orang yang mengalah. Cara bahagia bergaransi ini, benar - benar bergaransi. Maka mulai dari sekarang ikhlas-lah menggunakan cara yang baik. Ikhlaslah menjaga dari pikiran tidak baik,dari perasaan tidak baik, menjaga prilaku kita, memuliakan diri kita dan orang lain. Kadangkala orang - orang yang tampil sangat suci, bicara banyak menyebut nama Allah, masih juga banyak menyimpan racun juga ramuan memabukkan di dalam hatinya. Tapi dengan bersahabat semua keburukan bisa sirna. karna sahabat saling menyayangi, saling nasehat - menasehati dalam kebaikan, juga saling berbagi ilmu.

Mulai dari sekarang, tanyakanlah apakah kita sudah memiliki sahabat? Kemudian apakah kita membuat sahabat rindu untuk bersama? Apakah sahabat kita seringkali meminta pendapat dalam banyak hal?Apakah kita sudah saling berbuat kebaikan bersama sahabat? Jangan pikirkan, apakah yang kita lakukan dengan baik akan membahagiakan kita atau tidak. Jangan syaratkan harta untuk menentukan kebahagiaan.Jangan menentukan orang lain baik atau tidak kepada kita untuk berbahagia. Kita lengkap untuk diri kita sendiri.

Jadikanlah diri kita penyebab bagi kebahagiaan diri sendiri dan semua jiwa yang kita sentuh. Jadikan pribadi kita yang lebih ikhlas berlaku baik. Lalu perhatikan apa yang terjadi.......... dan tersenyumlah bersama sahabat - sahabat kita.

Ya Allah.......
Hamba-Mu yang membaca tulisan ini adalah sahabatku yang baik hatinya
Juga kuat dan sabar dalam hidupnya
Dan sudah berbesar jiwa dengan menjadikan dirinya sahabat bagiku
Tolonglah dia wahai Tuhanku
Tingkatkanlah kehidupannya supaya lebih sehat dan sejahtera
Apapun yang di niatkannya kabulkanlah....
Saat ia melangkah ringankanlah....

Dan selamatkanlah ia di dunia dan akhiratnya
Jadikanlah ia sahabat sejatiku selamanya...... Aaamiiiiin

Ya Allah.........
Sayangi dan berkahilah kami
Juga orang - orang yang kami sayangi
Murahkan rejeki kami dan bukakanlah jalan kemakmuran bagi kami
Jadikanlah kami di antara hamba - hamba-Mu yang bersyukur
Allohumma Aamiiin.........

Aku bahagia menjadi sahabatmu   :)

Gusti Ananda Khoirul Huda

Gusti Ananda Khoirul Huda, ya..... itu adalah sebuah nama. Nama anak laki-lakiku yang pertama. Sekarang usianya sudah 8 tahun. Padahal sepertinya baru kemarin ia ada. Hahaaa.... Nanda cepat bertumbuh dan berkembang tanpa ku sadari. Meskipun setiap hari aku memperhatikannya dengan seksama.

Sekarang ia ada di Sragen menuntut ilmu di pesantren tahfidz. Ia berada disana atas permintaannya sendiri. Hanya kuantarkan sebentar lalu ku tinggal pulang kembali. Nanda ga merengek ga juga rewel saat ku tinggal. bahkan ia bahagia sekali karna akhirnya bisa sekolah juga di pesantren tahfidz.

Teringat saat zaman dulu.....
Saat ia masih dalam kandungan kami berjuang bersama. Aku selalu pendarahan dan dalam tekanan psikologis yang amat berat karna belum bisa adaptasi di keluarga mertua. Menjelang lahir denyut jantung calon bayiku melemah, aku di sarankan ke dokter spesialis dan di nyatakan mesti mengambil tindakan operasi secepatnya agar ibu dan bayi selamat. "operasi" sungguh suatu kata yang amat menakutkan buatku.

Alhamdulillah kami bisa melewati semuanya mesti dalam banyak keterbatasan. Anakku......... subhanalloh..... lucu banget, cakep pula. Pertama kali aku memandangnya ia tersenyum dan memamerkan kedua lesung pipitnya. hatiku berdesir, subhanaloh... aku sdh punya anak yg baru lahir aja udah keren banget. Gimana nanti ya....... heheee. Mampukah aku menjaga dan memeliharanya dalam dekapanku kelak????

Meski kelahirannya tidak di sambut sebagaimana kelahiran anak - anak yang lain, aku dan Nanda amat bahagia. Kami punya dunia baru sekarang. Banyak impian yang hadir di hari - hari awal kebersamaan kami. Nanda oh nanda....... heheee ada banyak senyum tercipta.

7 hari sejak kelahirannya, ada makhlus halus yg menginginkan nanda. Kami menyebut makhluk itu 'kuyang'. sungguh pengalaman yang sangat menegangkan. Alhamdulillah warga kampung turut membantu mengusirnya. Dan Alhamdulillah kami sekeluarga selamat.

Sejak itu aku ga pernah mau berpisah sama nanda meski sekejab. Hm..... nanda sayang. Gemezzzzzz.......
Tiap hari aku bakar kulit bawang saat senja, juga menaburkan garam di sekeliling rumah, kata bu erte itu penangkal buat makhluk halus agar tidak berani datang lagi. Ada semangkok besar jimat dari sanak family juga teman2 yang datang menjenguk. Sebenarnya aku ga percaya dengan semua itu. Tapi tetap aja aku simpan sebagai kenang-kenangan. Sebagai tanda bahwa banyak yang perduli pada nanda dan berusaha ikut menyelamatkan nyawanya. Heheheee... terimakasih ya buat kalian semua.

Suatu senja nanda sedang di pangkuan ayahnya. Dan aku sedang berbenah di dapur. Adzan maghrib berkumandang. Saat takbir terdengar tiba-tiba nanda juga meneriakkan kalimat takbir dengan lantangnya. Aku langsung berlari melihatnya. Rasanya tak percaya telinga ini mendengar. Tapi ayah menegaskan bahwa ia juga mendengar bahkan melihatnya. Subhanalloh....... sungguh ajaib. Padahal usia nanda baru dua mingguan. Anakku.... semoga Allah merahmati setiap gerak dan langkahmu. Aamiiin........

Ga terasa  usia nanda makin bertambah dan bertambah. Setiap hari aku selalu berusaha memberi pendidikan terbaik untuknya. Aku semangat sekali buat mempelajari cara - cara mendidik anak. Aku juga sangat teliti dalam pemenuhan gizinya, meski dalam banyak keterbatasan. Nanda jadi endut, heheee...... gendut banget.

Genap 2 tahun aku masukkan nanda di play group. Hanya seminggu aku menemaninya. Setelah itu dia di antar jemput saja. Aku bangga banget pada anakku. Semua guru memuji kemandirian dan kecerdasannya, teman - temannya juga suka bermain dengannya. ia terlihat cepat akrab pada semua orang. kalau aku kebetulan datang ke sekolah untuk melihatnya ibu - ibu wali murid pada nanya ke aku bagaimana aku mendidik nanda. Hehee dalam hati aku bahagia sekali mereka mau bertanya. Sejak sekolah nanda jadi lebih kurus. tapi lebih pintar tentunya, heheee...... Dia jadi anak yang baik sekaligus sahabat yang menyenangkan buatku. Selalu berusaha membantu setiap kesibukanku dan berusaha menghilangkan segala kesedihanku. pinter banget membuatku yang lagi marah atau sedih jadi tertawa. gemezzzzzzzzz........

Nanda jadi seperti alarm buatku. Dia selalu menghapal jadwal harian di rumah. Ga boleh ada anggota keluarga yang terlupa. Buat aku yang ga disiplin mantapz banget, sekaligus nyusahin juga, heheeee. Aku punya bodyguard di rumah. yang selalu mengingatkanku jalan ke syurga. Keren banget........

Saat masuk TK adalah saat - saat terberat buat aku dan nanda. Aku dalam kondisi ga punya uang dan di timpa masalah yang cukup berat juga sedang hamil anak kedua. Sementara nanda merengek terus minta masuk TK. Alhamdulillah Om Cahyo dan Tante Lia ; sahabat kami bersedia membantu. Akhirnya    nanda sekolah juga. Tapi nanda mesti sendirian di rumah sepulang sekolah. Aku dan suami mesti bekerja. Cemas, khawatir, serta rasa takut menghantuiku sepanjang waktu saat nanda sendirian di rumah. Keyakinan bahwa Allah akan menjaganya membuatku kuat. Juga tetangga - tetanggaku yang baik di gang Nusantara membuatku agak tenang. Terimakasih semua.

Tahun 2008. nanda masuk SD. Whuaaaaaaaaaa gagah banget nanda dengan seragam Sd-nya. nanda bukan murid terbaik di sekolahnya. tapi dia adalah pembelajar yang baik dan kritis, juga mandiri. Cukuplah untuk bekal masa depannya. Dia menyerap dengan baik pelajaran yang aku berikan. Duplikasi yang sempurna. Hehehee...... cara bicaranya sama denganku, sikapnya juga, bawelnya juga, marahnya juga. Hm........ngangenin banget.

Waktu naik kelas dua Nanda minta di pindah ke pesantren. Pesantren yang ada pelajaran menghafal Qur'an katanya. Aku meng-iyakan. "iya nanda boleh, tapi nanti ya..." kataku saat itu. Rupanya dia serius dengan hal itu dan terus menerus menanyakan padaku kapan ia akan di pindah ke pesantren. Akhirnya setelah banyak kejadian spiritual dan diskusi yang panjang seluruh keluarga setuju. Aku mulai hunting pesantren. Dan aku sudah memutuskan nanda akan belajar di pesantren yang di asuh oleh salah seorang seniorku di SMU.

Dan waktunya tiba, aku bersama suami dan ibu mengantar nanda ke pesantren. Pas hari ulang tahunku, sungguh kado terindah buatku dari anakku tersayang juga semua orang yang sudah mendukungnya. ternyata semuanya berjalan lebih mudah dari apa yang aku duga. Alhamdulillah......

Dan hari - hari tanpa nanda di mulai. Whoaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.......... rasanya campur aduk. Aku kangeeeeeeeen banget sama Raja kecilku itu. Tapi aku malu mau bilang kangen. Soalnya nanda disana ga kangen aku dan hidupnya biasa aja walau tanpaku.

Dan...... cerita tentang nanda untuk sementara sampai disini dulu. InsyaAllah cerita tentang nanda selanjutnya akan ku tulis di lain waktu. Tulisan ini sengaja aku buat untuk mengenang kebersamaanku dengannya. Gusti Ananda Khoirul Huda anakku tersayang...... semoga Allah selalu merahmatimu. Aamiiin