Rabu, 01 September 2010

Sahabat muslimah, berbahagialah...!!!

Imam Ali a.s. bersabda, “Perempuan dipercayakan kepada pria dan mereka (para perempuan) bukanlah pemilik keberuntungan atau kemalangan. Mereka bersamamu sebagai amanat Allah, maka janganlah kamu menyakiti dan membuat hidupnya susah.”

Tak kenal maka tak sayang, jika tak sayang maka tak cinta. Sahabatku, ukhtifillah... katakan pada para pria, adalah wajib untuk mencintai ibumu, istrimu, anak perempuanmu dan saudara perempuanmu. Karnanya kenalilah bagaimana wanita yang seharusnya kau cinta itu.

Jika kau ingin tahu keindahan seorang wanita,
Lihatlah matanya.... karna mata itu adalah pintu hatinya, tempat dimana cinta itu berada.
Bukan pada paras cantiknya, keindahan tubuhnya, atau pakaian yang dikenakannya.
Karna keindahan seorang wanita hanya bisa tercermin dalam jiwa,
Dalam sikapnya yang penuh kasih sayang dan kelembutan,
Pada semangatnya dalam menjalani kehidupan

Imam Ali as bersabda: “Kami sedang bersama Rasulullah, beliau bertanya: Apakah yang paling baik bagi wanita? Fathimah as menjawab: Yang terbaik bagi wanita adalah dia tidak melihat  pria yang bukan muhrimnya dan dia juga tidak dilihat oleh pria yang bukan muhrimnya.”
Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya: “Saat apakah wanita itu lebih dekat dengan Tuhannya?” Fathimah Azzahra as berkata: Ketika wanita tinggal di rumahnya”.

Hadits Fathimah az-Zahra as di atas bukan berarti penetapan ketidakadilan terhadap perempuan. Yang harus diingat adalah bahwa Fathimah as adalah wanita mulia, yang disebutkan Rasulullah saw sebagai penghulu seluruh wanita dunia dan akhirat. Maka dalam segi ilmu beliau juga lebih unggul dari wanita lain. Ilham yang diberikan Allah dalam menjawab pertanyaan Rasulullah itu adalah bukti makrifatnya. Fathimah az-Zahra as telah merangkum perspektifnya tentang wanita dalam sebuah kalimat yang singkat, namun memiliki makna yang dalam.
Isu kesetaraan jender dan feminisme memang tak akan berhenti dibicarakan. Silih berganti muncul wacana baru dan sudut pandang baru, yang intinya sama, yaitu memperjuangkan hak-hak perempuan yang tertindas atau dianggap tertindas. Banyak gerakan untuk mengangkat harkat perempuan menjadi sebuah isu atau gerakan yang bernilai jual tinggi. Kata feminisme seolah menjadi sebuah kata yang melambangkan kemodernan, kebahagiaan dan kemandirian perempuan.

Kaum feminis menyatakan susah dan sangat menyulitkan menjadi wanita muslimah. Wanita auratnya lebih susah dijaga dibanding lelaki. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya. Wanita apabila menjadi saksi kurang berbanding lelaki. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak. Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada isterinya. Talak terletak di tangan suami dan bukan isteri. Wanita kurang dalam beribadat karena adanya masalah haid Dan nifas  yang tak Ada pada lelaki. Dan masih banyak lagi keluhan yang di sampaikan. Itu sebabnya mereka tidak henti-hentinya berpromosi untuk "MEMERDEKAKAN KAUM WANITA".

Padahal adalah sebuah fakta yang nyata bahwa Rasulullah datang membawa sebuah revolusi yang mengangkat harkat martabat kaum perempuan jahiliah pada masa itu. Sebelum diturunkannya risalah Islam, kaum Arab jahiliah memiliki tradisi mengubur hidup-hidup anak perempuan, kaum lelakinya berhak untuk menikahi perempuan berapapun jumlahnya tanpa aturan dan kewajiban untuk berlaku adil, dan kaum perempuan tidak memiliki hak waris. Yang lebih mengerikan lagi adalah adanya jenis-jenis pernikahan yang jelas-jelas mendiskreditkan perempuan. Pertama adalah nikah al-dayzan, yaitu, jika suami seorang perempuan meninggal, maka anak laki-laki tertuanya berhak untuk menikahi ibunya. Jika sang anak berkeinginan untuk menikahinya, maka sang anak cukup melemparkan sehelai kain kepada ibunya dan secara otomatis dia mewarisi ibunya sebagai isteri. Kedua, zawj al-balad, yaitu dua orang suami sepakat untuk saling menukar isteri tanpa perlu adanya mahar. Ketiga adalah zawj al istibda. Dalam hal ini seorang suami bisa dengan paksa menyuruh isterinya untuk tidur dengan lelaki lain sampai hamil dan setelah hamil sang isteri dipaksa untuk kembali lagi kepada suami semula. Dengan tradisi ini diharapkan sepasang suami isteri memperoleh ‘bibit unggul’ dari orang lain yang dipandang mempunyai kelebihan.

Islam datang untuk menyelamatkan kaum perempuan dan umat manusia dari praktek-praktek yang bertentangan dengan harkat kemanusiaan seperti itu. Islam mengecam keras tradisi penguburan hidup-hidup anak perempuan, memberikan aturan dan tatacara pernikahan secara jelas, serta mengatur secara jelas hak perempuan untuk mendapatkan warisan. Sedemikian pentingnya posisi perempuan dalam masyarakat muslim, sampai-sampai, dari 114 surat dalam Al Quran, ada satu surat khusus dengan nama perempuan (An-Nisaa) yang membahas mengenai perempuan dan menjelaskan secara rinci hak-hak mereka. Berbagai riwayat juga menyebutkan betapa kaum perempuan pada era Rasul secara aktif hadir dalam majelis-majelis ilmu, pendidikan, bahkan perang. Kaum perempuan juga tidak ragu menyuarakan “protes feminisme” mereka dengan mempertanyakan, apakah pekerjaan mereka di rumah setara dengan jihad yang dilakukan kaum laki-laki di medan perang (pertanyaan yang diajukan Ummu Salamah dan Asma binti Yazid kepada Rasulullah)

Bahkan, lebih jauh lagi, Islam telah merubah paradigma manusia tentang perempuan. Sebagaimana yang diungkapkan sejarah, Muhammad SAW adalah ahli waris Ibrahim, Nuh, Musa, dan Isa, tetapi Fathimah adalah satu-satunya ahli waris beliau. Padahal, tradisi Arab saat itu menganggap penerus keturunan hanya laki-laki dan orang-orang yang tidak memiliki anak laki-laki disebut abtar (terputus keturunan). Dalam pandangan Al Quran, Fathimah justru adalah nikmat yang banyak. Contoh lain dari revolusi ajaran Islam terhadap perempuan, yaitu menjadikan seorang budak perempuan berkulit hitam (yaitu Siti Hajar), sebagai perempuan yang melahirkan Ismail, yang garis keturunannya akan melahirkan Nabi Muhammad SAW. Bahkan, kuburan beliau sedemikian mulianya dalam pandangan Islam sehingga berada di sisi Ka’bah, dan setiap jemaah haji ketika bertawaf wajib pula mengelilingi kuburan perempuan suci ini. Dengan kata lain, Allah memilih seorang makhluk yang dalam semua sistem manusia, dianggap tidak memiliki kehormatan dan kelayakan untuk melahirkan keturunan - keturunan yang mulia.

Jika kita mau melihat fakta yang nyata dalam kehidupan, sesungguhnya wanita benar - benar di muliakan dalam islam. Bukankah benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibela serta disimpan  ditempat yang teraman dan terbaik? Sudah pasti intan permata tidak  akan dibiarkan terserak di tempat terbuka? Itulah  seorang wanita dalam pandangan islam. Wanita perlu taat kepada suami, tetapi lelaki wajib taat  kepada ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada bapaknya. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi  harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan  kepada suaminya, sementara apabila lelaki menerima warisan, maka dia harus  menggunakan hartanya untuk isteri dan anak-anaknya. Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tapi setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat  dan seluruh makhluk Allah di muka bumi ini, dan jika ia mati  karena melahirkan adalah syahid dan surga telah menantinya. Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabkan  terhadap 4 wanita, yaitu : Isterinya, ibunya, anak perempuannya dan  saudara perempuannya. Artinya, bagi seorang wanita tanggung jawab  terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki, yaitu : suaminya, ayahnya,  anak lelakinya Dan saudara lelakinya. Seorang wanita boleh memasuki pintu syurga melalui pintu surga yang  mana saja yang disukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu: sholat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat kepada suaminya dan menjaga kehormatannya. Seorang lelaki wajib berjihad fisabilillah, sementara bagi wanita jika taat akan suaminya, serta menunaikan tanggungjawabnya kepada Allah, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

Demikian sayangnya Allah pada wanita. Maka berbahagialah wahai sahabatku para muslimah. Tidak perlu merasa gundah dan gelisah dan merasa kecewa karna melihat jalan yang sulit atau ikut terbakar oleh ajakan - ajakan yang menyerukan kesetaraan jender. Sebenarnya jalan itu mudah dan amat mudah. Bermohonlah pada pertolongan Allah dalam setiap gerak dan langkah kita. Maka segala apa yang kita lakukan selalu dalam bimbingan-Nya. Kebahagiaan pasti akan segera tercipta. Dan hanya ada dua pilihan dalam hidup sahabat wanita ; BAHAGIA atau BAHAGIA.  Apapun pilihanmu, bergembiralah........!!!

My little castle 1/9/2010